Suburjagat.co.id || Indramayu
Pada saat ini kota-kota di seluruh indonesia semakin dihadapkan pada tantangan besar dalam hal polusi lingkungan, pengelolaan limbah, dan konsumsi energi. Seperti yang disampaikan (McKinsey, 2020) bahwa, frekuensi perubahan iklim dan tingkat keparahan bahaya yang semakin meningkat dapat meningkatkan gangguan dalam rantai pasokan yang mengganggu produksi, menaikkan biaya, merugikan pendapatan perusahaan, dan menyebabkan harga atau kekurangan yang lebih tinggi bagi konsumen. Di samping itu, upaya global untuk, mengurangi jejak karbon dan menanggulangi perubahan iklim mendorong munculnya inovasi-inovasi baru yang berfokus pada keberlanjutan. Salah satu bidang utama dalam inovasi ini adalah pengembangan infrastruktur energi hijau yang memanfaatkan sumber daya yang dapat diperbarui dan ramah lingkungan. Rabu, (4/12/2024).
Di tengah dorongan itu, dua Siswa MAN 2 Cirebon MIPA XII /MAN Babakan Ciwaringin Cirebon memperkenalkan konsep baru, yaitu Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Tenaga Sampah.
Oleh karena itu, konsep Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Tenaga Sampah bertujuan untuk mengatasi dua masalah utama sekaligus: manajemen sampah perkotaan dan penyediaan energi terbarukan. (Dwi, 2024) mengatakan hingga April 2024, total kendaraan listrik yang beredar telah mencapai 133.225 unit. Dari jumlah tersebut, motor listrik mendominasi dengan angka mencapai 109.576 unit. Sementara itu, populasi mobil listrik tercatat sebanyak 23.238 unit dan sisanya merupakan kendaraan komersial dan bus Listrik. (mgmotor, 2024) mengungkapkan bahwa peningkatan permintaan dan penjualan mobil listrik, termasuk dari merek-merek seperti MG Motor, menjadi salah satu indikasi utama bahwa tren ini tidak hanya sementara, tetapi akan terus berkembang dalam waktu yang akan datang.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan kendaraan listrik, khususnya di kota-kota besar, infrastruktur untuk pengisian daya kendaraan listrik menjadi sangat penting. Namun, kebergantungan pada listrik konvensional tidak sepenuhnya sejalan dengan tujuan keberlanjutan. Oleh karena itu, mengintegrasikan teknologi pengolahan sampah untuk menyediakan energi bagi kendaraan listrik menjadi ide yang inovatif dan relevan. Stasiun pengisian ini memanfaatkan sampah organik untuk menghasilkan biogas atau biodiesel yang kemudian digunakan untuk menghasilkan energi listrik.
Stasiun pengisian kendaraan listrik tenaga sampah bekerja dengan menggunakan limbah organik melalui proses anaerobic digestion. Menurut (Tania, 2023) Anaerobic digestion atau biodigester adalah, serangkaian proses biologis di mana mikroorganisme memecah bahan yang dapat terbiodegradasi tanpa adanya oksigen. Dalam proses ini, bakteri menguraikan bahan organik, seperti sisa makanan, sampah dapur, dan limbah rumah tangga, di lingkungan tanpa oksigen, menghasilkan gas metana sebagai produk utama. Metana kemudian digunakan sebagai bahan bakar yang dibakar dalam generator listrik. Dengan cara ini, energi yang dihasilkan dapat disalurkan langsung ke stasiun pengisian kendaraan listrik.
Pemanfaatan limbah organik sebagai sumber energi ini sangat efisien dalam mengurangi jejak karbon karena menghasilkan energi yang lebih bersih dan lebih rendah emisi dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Selain itu, pemanfaatan limbah juga mengurangi volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang berarti mengurangi potensi polusi udara dan tanah akibat penumpukan sampah.
Stasiun pengisian kendaraan listrik tenaga sampah menawarkan berbagai keuntungan. Salah satu keuntungan utama adalah kemampuannya untuk mengurangi emisi karbon. Seperti dalam jurnal (American Biogas Council) manfaat biogas salah satunya adalah mengurangi emisi karbon dalam transportasi setidaknya setengahnya dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Dengan menggunakan biogas, proses pembakaran yang terjadi di generator tidak menghasilkan emisi tambahan, karena metana yang digunakan berasal dari sampah yang sudah ada. (Probolinggo, 2022) mencatat bahwa pengelolaan dan pemanfaatan gas metana di TPA menjadi sangat penting dilakukan sebagai salah satu upaya mitigasi penurunan emisi GRK sekaligus sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Jika limbah ini dibiarkan membusuk di TPA, maka akan menghasilkan emisi metana yang sangat besar, yang dikenal sebagai gas rumah kaca dengan efek pemanasan global jauh lebih kuat dibandingkan dengan karbon dioksida. Dengan memanfaatkan metana ini sebagai energi, stasiun pengisian kendaraan listrik tenaga sampah dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sekaligus menyediakan sumber energi yang terbarukan.
Keuntungan lainnya adalah pengurangan ketergantungan pada jaringan listrik konvensional. Dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan secara lokal dari sampah, kota menjadi lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan energinya, terutama untuk pengisian kendaraan listrik. Ini sangat penting mengingat banyaknya kendaraan listrik yang kini diproyeksikan akan menjadi kendaraan utama di masa depan. Dengan adanya sumber energi alternatif ini, tekanan pada jaringan listrik utama dapat berkurang, sehingga risiko pemadaman listrik di daerah perkotaan juga menurun. Selain itu, stasiun pengisian kendaraan listrik tenaga sampah dapat berfungsi sebagai cadangan daya untuk situasi darurat, ketika jaringan listrik utama mengalami gangguan.
Selanjutnya, teknologi ini juga berkontribusi dalam mengurangi jumlah sampah yang harus dibuang ke TPA. Volume sampah perkotaan yang sangat besar seringkali menjadi sumber masalah lingkungan. TPA yang semakin penuh tidak hanya mengganggu estetika kota, tetapi juga dapat menyebabkan pencemaran udara, tanah, dan air, yang berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat di sekitarnya. Dengan mengalihkan sebagian besar limbah organik untuk dijadikan sumber energi, jumlah sampah yang berakhir di TPA dapat berkurang secara signifikan. Selain itu, proses pengolahan sampah organik ini juga menghasilkan residu padat yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk pertanian atau kehutanan.
Penggunaan stasiun pengisian tenaga sampah juga mendukung pengembangan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan. Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan kendaraan listrik adalah ketersediaan energi yang bersih dan terjangkau. Sumber energi konvensional masih menjadi pilihan utama, meskipun seringkali menggunakan bahan bakar fosil yang mencemari lingkungan. Oleh karena itu, menyediakan sumber energi yang ramah lingkungan melalui pengelolaan sampah menjadi salah satu cara untuk menjadikan kendaraan listrik semakin menarik dan mendukung keberlanjutan. Dengan stasiun pengisian yang menghasilkan energi hijau, seluruh ekosistem kendaraan listrik menjadi lebih sejalan dengan tujuan global dalam mengurangi emisi karbon.
Namun, penerapan konsep ini juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. Salah satu tantangan utama adalah biaya investasi awal yang relatif tinggi untuk infrastruktur pengolahan limbah menjadi energi. Proses anaerobic digestion memerlukan fasilitas khusus yang mampu mengolah sampah dalam skala besar dan mengubahnya menjadi biogas. Selain itu, teknologi yang diperlukan untuk menghasilkan listrik dari biogas juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, diperlukan dukungan pemerintah dan kerjasama dengan pihak swasta untuk mewujudkan sistem ini. Selain itu, manajemen sampah yang efektif juga sangat penting agar limbah organik yang dikumpulkan berkualitas baik dan konsisten.
Tantangan lainnya adalah kesadaran masyarakat dalam hal pengelolaan sampah. Agar sistem ini berjalan dengan optimal, masyarakat perlu memiliki kesadaran tinggi dalam memilah sampah sejak dari rumah tangga. Sampah organik dan anorganik harus dipisahkan dengan benar agar proses pengolahan limbah di fasilitas anaerobic digestion bisa berjalan lancar. Edukasi masyarakat mengenai pentingnya memilah sampah dan kontribusinya terhadap sistem energi hijau perlu menjadi bagian dari upaya untuk menerapkan stasiun pengisian tenaga sampah ini. Dengan dukungan dari masyarakat, proses pengumpulan dan pemanfaatan sampah organik dapat berjalan dengan lebih baik.
Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Tenaga Sampah merupakan solusi berkelanjutan yang mengintegrasikan teknologi pengolahan limbah dengan penyediaan energi hijau. Dengan menggunakan limbah sebagai sumber energi, infrastruktur ini tidak hanya mengurangi polusi dari sampah perkotaan tetapi juga mengurangi emisi karbon di atmosfer. Penerapan sistem ini dapat mengurangi ketergantungan pada energi konvensional serta mendukung keberlanjutan dalam sektor transportasi, khususnya kendaraan listrik. Meskipun tantangan dalam implementasi masih ada, seperti biaya investasi dan kesadaran masyarakat, stasiun pengisian tenaga sampah memiliki potensi untuk membantu kota-kota masa depan menjadi lebih mandiri, bersih, dan ramah lingkungan.
Keberhasilan implementasi konsep ini akan sangat bergantung pada dukungan kebijakan, kerjasama publik-swasta, dan edukasi masyarakat. Dengan mengatasi tantangan-tantangan tersebut, stasiun pengisian kendaraan listrik tenaga sampah dapat menjadi langkah penting menuju kota-kota yang lebih hijau dan berkelanjutan. Sebagai solusi inovatif yang menawarkan manfaat ganda, konsep ini memiliki potensi besar untuk diterapkan di berbagai kota yang sedang berupaya menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Oleh : Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi & Mukhamad Ridho Baehaki (Penemu gagasan)